Wednesday, December 28, 2005

Lie, Inconsistency and…….

Pagi ini seperti rabu sebelumnya kuliah komunikasi bisnis pak Fuad. Kebetulan pertemuan terakhir ini kelas bu Rini kosong, jadi gw Cuma kuliah sampe jam 8.15. Sampe kantor, there’s something wrong, ada mahasiswi mau pinjem proyektor(we named it LCD) untuk presentasi dikelas dan untuk kelompok dia bukan untuk kelas. Otomatis gw bilang nggak boleh, karena kesepakatan terakhir yang merupakan hasil rapat gw, temen-temen sama bos gw menyepakati bahwa laptop dan LCD itu hanya akan dipinjamkan untuk kegiatan mahasiswa. Seinget gw rohis sama tetangga sebelah, aiesec, yang pernah minjem. Tapi ini kuliah. Mbak riris tak minta telp pak syakir lagi(ternyata sebelumnya pak Syakir udah telp mbak riris, yang gw tahu setelah gw turun ke A3). Not connected. Gw turun ke A3 sama mas wicak.

Tanpa ba bi bu, gw langsung tanya kok boleh sih mahasiswa pinjem LCD buat kuliah. Dan jawabannya “ok boleh, keluarin aja, tapi disuruh ninggal KTM ya”. Selain konfirmasi ulang sebenernya gw agak nggak terima ini namanya INKONSISTENSI. Selain KEBOHONGAN gw juga benci sama INKONSISTENSI. Just FYI, pemilihan presiden lalu gw Cuma milih sekali, pas putaran pertama, tahu kenapa, karena gw mencoba untuk KONSISTEN, ketika mendukung satu pasangan capres dan cawapres, selama orang tersebut masih Ok, dalam artian tidak melakukan kesalahan yang berarti, gw bakal tetep ngedukung, kalau dia nggak lolos ya berarti gw nggak akan milih pasangan lainnya. Itu arti KONSISTENSI menurut gw (peduli amat orang lain mau komen apa, mungkin termasuk kondisi politik kampus, peduli amat, selama bener, kenapa harus mundur).

Seorang kesatria nggak akan MENARIK UCAPAN NYA SENDIRI apapun alasannya. Menelan Ludah Sendiri? Ihhhh......, lo mungkin sering denger ucapan pendekar-pendekar “Langkahi dulu mayat gw....”. buat gw that’s real. Maksud gw, kalau kita meyakini sesuatu dan melakukan sesuatu yang kita yakin benar ya bela itu sampai titik darah penghabisan. U know what I Mean?

Gw ngerti bos gw pasti udah mempertimbangkan ini dengan sangat matang, gw ngerti beliau orang yang sangat bijaksana dan mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil keputusan, nggak kayak gw yang sering kali masih emosional. Tapi itu hasil keputusan bersama, kalaupun keputusan itu merupakan perintah (atau jujur gw curiga itu tekanan) dari atasan, mau PD berapa atau malah dekan, kenapa nggak bilang sama kita dulu sebelumya, sama mas wicak kek, sama mba’ ris kek, atau sama Rian kek. Gw ngerti (karena ini yang ditekankan bos gw sejak awal) bahwa barang-barang hibah itu barang publik, sekali lagi BARANG PUBLIK, yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya, dirawat dan dipergunakan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan publik. Tapi kalau gini caranya.........

Ayo bos, kita ajari bapak-bapak itu bekerja dengan baik dan efisien, gw (dan gw rasa semua temen2 gw di UPKFE akan mendukung bos), nek perlu sikat....sikat, keplak....keplak, apapun yang terjadi selama kita benar(atau kalau bos sering bilang apapun yang dilakukan ada premisnya) ya lakukan. Peduli amat. Peduli amat memang ada batasnya, kadang kita harus melunak, tapi kalau mereka itu dilunaki, makan ati bos, jadi harusnya sesekali dikeplak, biar mereka tahu rasanya.

1 comment:

Anonymous said...

sabar lah di sum....